- 04/12/2024
KAPAL-KAPAL kayu bermesin tempel itu sudah standby sejak pagi di tepi sungai. Masyarakat setempat menyebutnya kapal pompong. Ukurannya tidak terlalu besar, hanya bisa diisi 3-5 orang. Karena itu, ada juga yang menyebutnya sampan motor. Penumpang harus mengatur duduk agar kapal seimbang dan tidak oleng.
Pagi itu, 27 November 2021, rombongan ekspedisi PWI Riau sudah siap berangkat ke Danau Zamrud, Kabupaten Siak, Riau. Pengemudi pompong pun sudah siap memberangkatkannya. Untuk sampai ke Danau Zamrud, harus melewati Sungai Zamrud. Jaraknya sekitar 10-15 menit perjalanan dari Jembatan Panjang, Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, setelah melewati pintu perusahaan minyak BOB PT BSP-Pertamina Hulu.
Tidak terlalu jauh sebenarnya. Cuman karena harus melewati sungai yang sempit, terasa agak lama. Padahal, Sungai Zamrud ini sebetulnya cukup lebar. Hanya saja karena desakan tanaman bakung dan tidak dibersihkan, alurnya menjadi sempit.
Bila pengemudi pompong dan penumpang tidak hati-hati, tanaman bakung bisa membuat cedera. Menurut pengemudi pompong sekaligus pemandu wisata, Abdul Muis (62 tahun), sungai tersebut sengaja tidak dibersihkan karena takut akan menjadi lintasan illegal loging. Tapi kondisi ini membuat wisatawan kurang aman dan nyaman.
Bandingkan dengan Sungai Mekong di Vietnam yang membelah Provinsi Tien Giang. Dengan menggunakan perahu berkapasitas 20 orang, wisatawan dari berbagai belahan dunia diajak menyusuri sungai berkedalaman 15 meter. Sungai ini bersih dan dikelola dengan baik, sehingga wisatawan aman, nyaman dan menikmati. Sepanjang sungai banyak dijumpai perahu bermuatan berbagai komoditi seperti kelapa, tebu, pisang dan sebagainya.
Menelusuri Sungai Zamrud menuju Danau Zamrud. Perlu dibenahi biar wisatawan nyaman.
Kondisi lebih kurang nyaman dirasakan ketika masuk dari Sungai Rawa, Kampung Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit. Jaraknya ke Danau Zamrud sekitar lima jam menggunakan pompong. Selain penuh tanaman bakung, jalur sungai juga penuh dengan eceng gondok. Di dasar sungai dikotori oleh tunggul kayu bekas tebangan. Rombongan ekspedisi yang dipimpin Bupati Siak Alfedri belum lama ini, sempat kandas beberapa kali.
Menurut Alfedri, jalur baru ini yang akan dibenahi. Sebab, jalur ini tidak melewati perusahaan minyak nasional. Wisatawan melewati perkampungan masyarakat dan nelayan. Lebih indah dan alami. Namun alur sungainya harus dibersihkan. Tunggul-tunggul kayu yang ada di dalam sungai, harus dibuang. Dengan demikian resiko bahaya dapat dihindari, dan waktu tempuh bisa lebih pendek.
Meskipun demikian, Anda akan senang dan bahagia bila telah sampai di Danau Zamrud. Anda akan menyaksikan pemandangan yang indah dan eksotik. Hamparan danau yang luas dengan air yang jernih berwarna biru kehitam-hitaman. Pulau-pulau dengan berbagai pohon kayu yang lebat dan masih perawan. Memberikan pemandangan alam yang hijau, menyejukkan dan menyehatkan. Bagaikan zamrud yang berkilau di tengah danau.
Danau Zamrud terdiri dari dua danau besar yakni Danau Pulau Besar (2.416 hektar) dan Danau Bawah (360 hektar). Danau Pulau Besar memiliki empat pulau yaitu Pulau Besar, Pulau Tengah, Pulau Bungsu dan Pulau Beruk. Pulau jenis ini terbentuk dari endapan lumpur dan tumbuh-tumbuhan sehingga pada saat-saat tertentu pulau itu dapat berpindah ke tempat-tempat berbeda. Masyarakat setempat menyebutnya Pulau Beranyut.
Danau Zamrud berada di dalam Taman Nasional Zamrud yang memiliki luas 31.480 hektar. Taman Nasional Zamrud dulunya adalah Hutan Suaka Margasatwa. Di dalam kawasan ini terdapat sumur-sumur minyak yang dikelola PT Caltex Pacific Indonesia yang berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Setelah reformasi, CPP Blok ini diserahkan ke Pemerintah Daerah Siak dan Riau. Kini sumur minyak itu dikelola BOB PT Bumi Siak Pusako (BSP)-Pertamina Hulu dengan produksi 4.000 barel per hari.
Taman Nasional Zamrud diresmikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada 22 Juli 2016 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No. 350/Menlhk/Setjen/PLA.2/5/2016 tanggal 4 Mei 2016. Taman nasional ini memiliki keunikan dibandingkan taman nasional lain karena ekosistem pembentukannya berupa rawa gambut yang merupakan ekosistem khas dan cukup langka.
Pulau Besar tempat hidup satwa dan berbagai jenis burung
Di Taman Nasional Zamrud tumbuh flora diantaranya pohon ramin (Gonystylus bancanus), jangkang (Xylopia malayana), durian burung (Durio carinatus), kolakok (Melanorrhoea), bengku (Ganua motleyana), berbagai jenis pisang (Gonithalamus sp), dan juga spesies dari genus Dipterocapaceae atau jenis meranti.
Di wilayah sekitar danau, tumbuh flora yang termasuk spesies langka yaitu pinang merah. Disebut pinang merah karena warnanya lebih cerah dibandingkan pohon pinang pada umumnya. Selain itu, flora khas tepi danau ini diketahui sulit untuk tumbuh di daerah lainnya.
Flora lain yang dapat ditemukan di kawasan ini yaitu bitangur (Gallophyllum spp), punak (Tetrameristaglabra miq), nipah (Nypa fruction), perupuk (Solenuspermun javanicus), balam (Palagium sp), rengas (Gluta rengas), sagu hutan (Metroxylon sagu), kempas (Koompassia malacensis), dan pandan (Pandanus sp).
Pulau Beruk habitatnya beruk atau kera tanpa ekor
Tumbuhan jenis pandan yang disebut rasau (Pandanus helicopus) menjadi hiasan bibir danau dan pulau-pulau tersebut. Tanaman rasau memang suka hidup di tepi sungai dan danau di kawasan rawa gambut. Habitat alami tumbuhan rasau berada pada daerah rawa gambut yang memiliki karakteristik air unik berwarna hitam seperti air teh, namun sangat jernih dan tidak berbau.
Pertumbuhan rasau dapat mencapai tinggi 6 meter. Setelah tinggi mencapai 2 meter, batang akan bercabang satu atau lebih. Daun-daunnya mengumpul di ujung, tersusun spiral dalam tiga baris. Helaian daun berbentuk pita dan ditumbuhi duri yang sangat tajam disepanjang tepiannya. Daun muda berwarna keputihan hingga kekuningan, sedangkan yang tua berwarna hijau tua.
Malai bunga rasau berwarna putih dan berbau harum semerbak. Sedangkan buahnya bulat sampai lonjong dan terlihat sangat menggiurkan karena hampir mirip buah nangka atau cempedak. Namun, ‘’Buah rasau tidak bisa dimakan,’’ kata Abdul Muis.
Sebagian kecil masyarakat memanfaatkan daunnya untuk membuat tikar kasar, tapi tidak popular karena kurang awet. Pucuk (umbut) rasau menjadi salah satu makanan alternatif bekantan dan orangutan.
Banyak sekali satwa yang hidup di Taman Nasional Zamrud., mulai dari jenis hewan endemik, liar, sampai yang dilindungi. Beberapa spesies fauna yang dilindungi yaitu harimau Sumatera (Pantehera tigris-sumatrensis), harimau dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus), serta napu (Tragulus napu).
Selain itu, Taman Nasional Zamrud juga menjadi habibat kelompok primata yang dilindungi, seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), dan kokah (Presbytis melalophos).
Dapat pula dijumpai spesies lain seperti kancil (Tragulus javanicus), tapir (Tapirus indicus), kijang (Muntinacus muntjak), kucing hutan (Felis spp), siamang (Hylobates syndactylus), ungko (Presbytis thomas), simpai (Presbytis melalopas), trenggiling (Manis javanica), babi (Sus scorfa), tupai (Rheithrosciurus macrotis).
Kelompok aves atau burung tercatat ada 38 jenis dengan 12 spesies diantaranya merupakan jenis yang dilindungi, seperti bangau putih (Ciconia ciconia), enggang dua awarna, enggang palung, enggang benguk, dan enggang ekor hitam.
Spesies aves lain yaitu kutilang (Pycnonotus aurigaster), celepuk atau burung hantu (Otus spp), bubut (Cuculus spp), murai batu (Copsychus malabarius), layang-layang (Delichon dasypus), rangkong gading (Buceros virgil), rangkong papan (Buceros bocrnis), punai (Treron spp), srigunting (Dicrurus macrocercus), serindit (Loriculus galgulus), dan tekukur (Geopelia striata).
Sementara jenis ikan yang menghuni danau dan sungai di kawasan ini diketahui 14 jenis antara lain arwana (Scleropages forosus) yang merupakan ikan hias ikonik, ikan patin (Pangasius hypothalamus), gabus (Channa striata) dan lele (Clarias batrachus). Terdapat delapan jenis ikan dengan nilai ekonomi tinggi yaitu belido (Chitala lopis), baung (Hemibagrus nemurus), sepimping (Parachela oxygastroides), selais (Kryptopterus lais), gelang (Amphiprion percula), kayangan (Cyprinus carpio), tapah (Wallago attu), dan toman (Channa micropeltes).
Di dalam Danau Zamrud juga terdapat buaya (Crocodylidae). Tapi buaya ini tidak dapat dilihat ketika mengitari danau dan pulau-pulau itu. Namun pemandu wisata selalu mengingatkan agar tetap waspada selama lebih satu jam mengitari danau tersebut. Jangan ada yang bermain-main air sembarangan atau bertingkah laku tak senonoh atau berkata-kata kotor. Karena itu, sebelum berangkat diharuskan berdoa agar terhindar dari marabahaya.
Angin yang kencang membuat permukaan air menghasilkan gelombang yang cukup tinggi. Namun kondisi ini pula yang membikin perjalanan wisata menjadi asyik dan penuh tantangan. Di kejauhan, bangau mengepakkan sayap hingga air berkecipak kencang. Burung serindit memecah kesunyian hutan di ranting-ranting kayu. ‘’Pulau ini kecil, tidak ada pohon tinggi di sini,’’ kata Muis.
Burung serindit adalah burung berukuran kecil dengan panjang sekitar 12 cm. Bulunya berwarna hijau dengan aksen merah di bagian ekor. Burung yang tersebar di hutan-hutan dataran rendah Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, ini merupakan salah satu makhluk hidup yang menjadi bio-indikator,
Burung serindit Melayu hanya akan menghuni suatu lingkungan yang masih asri dan alami. Karena itu pula Pemerintah Provinsi Riau menjadikan burung serindit Melayu sebagai ikon Provinsi Riau.
Selain kecipak bangau dan kicauan burung, wisatawan juga dapat menikmati kelincahan beruk yang melompat dari satu pohon ke pohon lain. Beruk-beruk ini mencicipi buah-buahan yang bisa mereka makan seperti buah kesemak (kesemek). Pulau Beruk menjadi habitat kera tanpa ekor itu.
Wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Zamrud sambil memancing ikan. Menurut Muis, untuk saat ini, kebanyakan yang datang ke Danau Zamrud untuk memancing ikan. Biasanya tiap Sabtu-Minggu atau waktu libur. Mereka menyewa pompong Rp 400 ribu sehari. Bila bermalam, ditanggung makan dan sampai ke Danau Bawah, sewanya sampai Rp 900 ribu. ‘’Di Danau Bawah banyak ikan toman dan ikan tapah,’’ kata Muis.
Menikmati keindahan Danau Zamrud sambil memancing ikan
Ikan arwana yang langka dan harganya selangit itu, tidak ditemui lagi. Beberapa tahun lalu sempat dilepaskan 57 ekor arwana hasil penangkaran di Pekanbaru. Awalnya, masih banyak terlihat, apalagi saat dikasih makanan. Namun belakangan mulai menghilang. Arwana memang sejenis ikan air tawar yang hidup di sungai dan suka menyuruk di tanaman sungai.
Tapi nelayan setempat menggnakan alat tangkap jaring, rawai, dan bubu bambu atau bubu guling. Mereka memburu udang, ikan lele, ikan lompong, ikan tuakang, ikan baung, ikan toman dan ikan tapah. Alat-alat tangkap itu dapat dilihat di tepi-tepi danau atau dekat-dekat pulau. Kapal pompong harus hati-hati berlayar agar alat tangkap tersebut tidak terganggu.
Bupati Siak Alfedri menyatakan kawasan Danau Zamrud akan dikembangkan menjadi kawasan riset dan wisata dengan minat khusus. Pemerintah Kabupaten Siak sudah menandatangani kerjasama (MoU) dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau dalam rangka pengembangan wisata minat khusus itu. Kerjasama wisata itu pada zona pemanfaatan Taman Nasional Zamrud.
Pemerintah Kabupaten Siak sudah mendapatkan zonasi berdasarkan Surat Keputusan Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). ‘’Ada zona inti, zona transisi dan zona pemanfaatan. Zona pemanfaatan ini bisa dilakukan untuk pengembangan pariwsata. Ini peluang kita,’’ kata Alfedri.
Konsep wisata alam ini, kata Hartono, Kepala Bidang Tata Usaha Balai Besar KSDA Riau, harus menyesuaikan dengan kondisi alam, bukan memaksa kondisi alam sesuai dengan konsep. Pengembangan pariwisata Danau Zamrud tetap memprioritaskan aspek-aspek konservasi seperti kelestarian lingkungan. Beragam satwa air dan darat wajib dijaga kelestariannya. Semoga. (FJ)