VOXFeature

Rezeki di Pasar Rakyat Wedung

Laporan : Imam Zamroni, Instruktur dan Pencinta Alam
Kamis, 06 Januari 2022 07:41 WIB
Pasar Rakyat Wedung, Jawa Tengah

PAGI INI, Kamis (6/1/2022), pukul 05.00 WIB, denyut ekonomi mulai terasa di muara  laut Wedung, Demak, Jawa Tengah. Nelayan merapat dari laut, para pedagang menyambut 'sisa' tangkapan malam tadi.

Pasar ini, waktu saya kecil, adalah TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Ikan hasil tangkapan, turun lalu dilelang. Ada banyak ikan besar. Tapi sekarang, proses itu sudah terjadi di laut dan menyisakan ikan kecil ke darat.

Kecamatan Wedung merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Demak yang terletak di pesisir pantai laut jawa dengan luas wilayah seluas 93.876 ha merupakan 11 persen dari seluruh wilayah di Kebupaten Demak.

Oleh karena itu Kecamatan Wedung merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling lebar di Kabupaten Demak. Tanah di Kecamatan Wedung terdiri dari 5.457 ha tanah sawah dan 4.419 ha tanah kering. Dengan jumlah penduduk sebesar 80.827 jiwa (berdasar data dari Badan Pusat Statistik) yang terdiri dari 39.305 laki-laki dan 41.522 perempuan.

Disektor pertanian, Kecamatan Wedung menempati urutan kedua jumlah produksi bersih untuk tanaman padi dengan jumlah sebasar 56.631 ton padi. Selain padi, tanaman pangan lain yang banyak terdapat di Kecamatan Wedung antara lain jagung, ketela rambat.

Sedangkan untuk tanaman kacang tanah, kacang hijau, kedelai hanya sedikit yang ditanam di Kecamatan Wedung. Sementara untuk tanaman perkebunan yang ditanam di Kecamatan Wedung antara lain tebu rakyat, kapuk randu, dan kelapa hibrida.

Untuk tanaman bawang merah banyak ditanam di desa Kenduren, Tempel, Jetak, dan Jungsemi. Binatang ternak yang biasa di pelihara masyarakat di Kecamatan Wedung antara lain kerbau, kuda, kambing, unggas dll.

Karena letaknya yang dipesisir pantai, di Kecamatan Wedung terdapat tempat pelelangan ikan yang masih aktif yaitu Tempat Pelelangan Ikan Wedung. Selain ikan hasil tangkapan dari laut, di Kecamatan Wedung banyak dipelihara ikan darat antara lain tawes, mujair, karper, lele, udang dan benur.

Produk dan barang yang dihasilkan dari industri besar/sedang, kecil, dan rumah tangga antara lain garam, pengeringan/presto/pengasapan ikan, pembuatan kerupuk udang/tengir, terasi, permainan anak-anak dan konveksi. Daerah industri rumah tangga banyak terdapat mutih kulon, kendalasem, tedunan, kedung karang, babalan, berahan wetan, kedung mutih, bungo dan jungsemi.

Cerita yang sama tentang hasil tangkapan ikan yang dijual di pasar rakyat ini terjadi hampir di semua tempat, termasuk di kampung istri sya, Bengkalis, Riau.

Kita bisa saja protes, tapi begitulah mekanisme pasar. Yang punya uang, ia cenderung menguasai.

Dalam masalah protein ikan saja, pasti terbentuk kelas. Yang punya uang, bisa menikmati sushi dari tuna termahal atau lobster. Pada kelas menengah, bisa menikmati tenggiri, tuna kecil, udang galah, dll. Yang kelas bawah masih bisa ketemu kembung, sarden, udang, dll.

Kelas di bawahnya ketemu teri, ikan dengan banyak duri, rebon atau anakan ikan lainnya. Pada strata terendah tetap bisa ketemu versi nggak jelas nama ikannya, kering asin blenyik.

Tapi, semua itu adalah rezeki dari Allah Sang Maha Adil. Selalu, yang paling tepat yg akan sampai kepada kita.

Wacana penghapusan kelas ala sosialis, yang lahir dari komunisme, selalu kesulitan bicara aplikasi di alam nyata. Sedangkan Islam, menerima perbedaan kelas, tapi dibuat jembatan dengan sedekah. ***