VOXAndalas

Bukittinggi Macet? Ah, itu sudah biasa.

Redaktur : Fendri Jaswir
Rabu, 04 Mei 2022 22:03 WIB
Kemacetan di Kota Bukittinggi hari Rabu (4/5/2022), H+2 Idul Fitri 1443 H.

BUKITTINGGI (VOXindonews) - Bukittinggi macet? Ah, itu sudah biasa. Sudah lama itu terjadi. Mungkin sudah puluhan tahun, setiap Lebaran berlangsung. Nyaris tidak ada solusi untuk memecahkan persoalan klasik ini.

Lebaran Idul Fitri 1443 H tahun ini, kemacetan terjadi lagi di Kota Wisata ini. Mobil yang masuk kota Bukittinggi merayap sebelum sampai di pusat kota. Habislah hari untuk berputar-putar sampai dapat tempat parkir.

Hari ini, Rabu (4/5/2022), hari ketiga Idul Fitri, macetnya minta ampun. Semua penjuru penuh sesak. Mulai dari jalur Aur Kuning-Birugo, jalur Ngarai-RS Ahmad Muchtar, jalur Simpang Tembok-Pasar Banto, semuanya padat. Mobil-mobil nyaris tak bergerak.

Kenapa hal ini bisa terjadi?

Pertama, mobil-mobil pribadi yang pulang dari rantau bejibun jumlahnya. Sehingga ruas jalan yang ada tidak sanggup untuk menampungnya. Kedua, areal parkir tidak tersedia secara memadai. Akibatnya, mobil-mobil parkir di jalan-jalan yang dilalui.

Ketiga, pusat keramaian terfokus di tengah kota, Pasar Atas dan Jam Gadang. Akibatnya, semua mobil yang datang, menuju ke arah itu. Keempat, kendaraan tradisional bendi juga beroperasi di tengah kota, persis di pusat keramaian. Sehingga mengganggu juga ke jalur lewat mobil.

Kelima, sudahlah ruas jalan yang ada terbatas, pemerintah kota sibuk pula membuat proyek gorong-gorong. Akibatnya, sebagian ruas jalan hanya separo yang bisa dipakai. Seharusnya, menjelang Lebaran, proyek ini harus selesai.

Lalu apa solusinya?

Pemerintah kota Bukittinggi sudah membuat gedung parkir di dekat bekas Bioskop Eri. Tapi karena jumlah kendaraan melebihi ruas jalan, maka gedung parkir itu tak menyelesaikan masalah. Hampir sepanjang jalan pusat kota dan seputaran kota, penuh dengan parkir kendaraan.

Hanya itu yang tampak di mata. Yang lain tak ada kelihatan. Malahan daya tarik untuk menuju pusat kota makin kuat. Disamping Jam Gadang yang makin indah dan menawan, serta kawasannya yang menarik, bangunan Pasar Atas setelah kebakaran juga menambah daya tarik. Masyarakat dapat menikmati belanja dengan nyaman di Pasar Atas ini.

Selain itu ada pusat belanja Ramayana. Berbagai kebutuhan dengan harga murah tersedia di Pasar Lereng. Berbagai oleh-oleh kering juga berada di sekitar ini. Bahkan, sejumlah makanan favorit Nasi Kapau berada di kawasan Pasar Atas ini.

Belum lagi kita bicara Kebun Binatang, Benteng  Ford de Lock, dan Panorama. Destinasi wisata ini berada di tengah kota dan berdekatan satu sama lain. Sehingga semua kendaraan tumpah blek ke pusat kota. Nah, macet tak terhindarkan.

Seharusnya, ada solusi untuk itu. Sehingga macet parah ini tidak menjadi penyakit menahun. Solusinya antara lain, membuat lokasi parkir di beberapa tempat. Memang lokasinya agak susah dicari. Tapi pemerintah kota Bukittinggi harus bisa mengadakannya.

Selain itu, menambah ruas jalan baru sebagai alternatif. Tapi ini pun agak sulit. Karena terbatasnya lahan yang ada. Termasuk untuk memperlebar jalan. Mungkin ada beberapa alternatif jalan yang bisa dibuat, tentu dengan membebaskan lahannya terlebih dahulu.

Alternatif lain adalah jalan layang. Pemerintah kota Bukittinggi bisa merancang jalan layang untuk kendaraan bebas masuk dan keluar kota. Jalan layang ini diyakini bisa memecahkan kepadatan di tengah kota.

Langkah lain adalah memindahkan sebagian aktifitas yang ekonomi ke agak pinggir. Tidak semua berada di seputaran Pasar Atas. Pasar Bawah atau Pasar Banto salah satu alternatif. Jangan dibiarkan semua aktifitas ekonomi berada di Pasar Atas.

Itu sekedar pemikiran untuk memecahkan kemacetan di Kota Wisata Bukittinggi, terutama di waktu Lebaran atau musim libur. Hari-hari lain tidak menjadi masalah karena kendaraan yang ada masih tertampung di ruas jalan yang tersedia.

Pada saat Lebaran dan libur ini, kendaraan yang datang dari luar kota makin banyak. Mereka umumnya datang untuk menikmati keindahan dan kenyamanan kota Bukittinggi. Lebih dari itu, karena cuaca kota ini dingin, maka segala makanan pun enak. Mereka datang untuk wisata kuliner.

Nah, pusat kuliner ini bisa dipindah ke suatu tempat agak jauh dari Pasar Atas. Begitu juga oleh-oleh dan makanan kering. Sehingga tidak terlalu padat di tengah kota. (Fendri Jaswir)