- 27/12/2024
PEKANBARU (VOXindonews) - Gubernur Riau Syamsuar memiliki elektabilitas tertinggi dari calon-calon lain untuk maju sebagai calon Gubernur Riau pada Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) 2024 mendatang. Meskipun tertinggi, tingkat keterpilihan Syamsuar tergolong rendah sebagai gubernur petahana.
Demikian hasil survei 'VOXinstitute' yang disampaikan dalam jumpa pers, Senin (1/8/2022) di Gedung PWI Riau, Jl Arifin Achmad, Pekanbaru. Hasil survei mutakhir ini dipaparkan Direktur Riset 'VOXinstitute' Albion Zikra didampingi Direktur Eksekutif Fendri Jaswir dan Direktur Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Doni Oktavian.
Menurut Albion, elektabilitas Syamsuar hanya 24,0 persen. Persentase ini termasuk kecil untuk seorang incumbent. Biasanya petahana memiliki elektabilitas diatas 25 persen, atau malahan diatas 30 persen. ''Biasanya modal dasar incumbent itu 30 persen,'' ujarnya.
Syamsuar dibayangi oleh Wakil Gubernur petahana Edy Natar Nasution dengan elektabilitas 15,2 persen dan anggota DPR RI Syamsurizal dengan elektabilitas 12,2 persen. Kemudian disusul Alfedri (Bupati Siak) 9,2 persen, Achmad (anggota DPR RI) 8,8 persen dan HM Wardan (7, 8) persen.
Sedangkan nama-nama lain dari 12 nama yang disodorkan ke responden hanya memiliki elektabilitas dibawah 5 persen. Mereka adalah Yulisman (Ketua DPRD Riau), Abdul Wahid (anggota DPR RI), Muhammad Adil (Bupati Meranti), Zukri (Bupati Pelalawan), HM Haris (mantan Bupati Pelalawan) dan Gatot Eddy Pramono (Wakapolri).
Namun demikian tingkat popularitas atau pengenalan responden terhadap tokoh-tokoh ini cukup tinggi. Popularitas Syamsuar 95,2 persen, Edy Natar Nasution 91,8 persen, HM Wardan 88,2 persen, Achmad 80,2 persen, Alfedri 72,0 persen, Zukri 68,8 persen, Syamsurizal 68,5 persen dan HM Haris 67,3 persen.
Survei dilakukan pada bulan Juni 2022 di 12 kabupaten/kota se Provinsi Riau. Sampel diambil sebanyak 600 responden secara proporsional sesuai dengan jumlah penduduk dengan metode stratified multistage random sampling. Margin of Error lebih kurang 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan dengan wawancara terhadap responden terpilih. Responden yang diwawancarai berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah, bukan TNI/Polri dan penduduk Riau berdomisili di salah satu kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Menguasai enam kabupaten/kota
Berdasarkan hasil survei 'VOXinstitute', Syamsuar menguasai pemilih di enam kabupaten/kota yakni Pekanbaru, Kampar, Rohil, Pelalawan, Kuansing dan Dumai. Sedangkan di Rohul, kekuatan Syamsuar sama dengan Edy Natar dan di Meranti sama dengan Syamsurizal.
Wagub Riau Edy Natar didukung kuat di Inhu dan di kampung halamannya di Rohul. Sementara Syamsurizal di Bengkalis dan Meranti, Alfedri di Siak, Wardan di Inhil dan Achmad merata dukungan di semua daerah.
Dari segi dukungan etnis, Syamsuar didukung warga Riau bersuku Melayu, Minangkabau dan sebagian Sunda. Achmad didukung oleh warga Riau asal Sunda, Edy Natar didukung warga Riay bersuku Batak, dan Alfedri didukung warga Riau bersuku Jawa.
Dari dukungan parpol, Syamsuar didukung pemilih Partai Golkar, Gerindra, PKS, Partai Ummat dan Perindo. Sedangkan Edy Natar didukung pemilih Pastai Nasdem, Hanura, Berkarya, Gelora dan PKPI. Syamsurizal oleh pemilih PPP, Alfedri didukung pemilih PAN dan Partai Ummat, Achmad didukung pemilih Demokrat dan PBB. Selanjutnya Abdul Wahid didukung pemilih PKB dan Zukri didukung pemilih PDIP.
Namun tidak semua calon didukung pemilih partainya. Artinya, partai tersebut memiliki potensi kehilangan suara dalam pilgubri jika memilih mereka dan suara konstituen partai diserap tokoh lain. Misalnya, jika memilih HM. Haris, Golkar berpotensi kehilangan suara 96,4 persen, Yulisman berpotensi kehilangan suara 90,6 persen dan Wardan berpotensi kehilangan suara 71 persen. Sedangkan jika memilih Zukri , PDIP berpotensi kehilangan suara 81,2 persen.
Sementara jika memilih Syamsuar, pemilih Partai Golkar sekitar separo tidak memilihnya. Berbeda dengan tokoh partai lain dimana pemilih partai asalnya bulat memilih seperti Alfedri dari PAN, Syamsurizal dari PPP, Abdul Wahid dari PKB, Achmad dari Demokrat, dan Edy Natar dari Nasdem. (FJ)