VOXCrimLaw

Mantan Kepala BP Bintan Den Yealta Ditahan KPK, Ini Keprihatinan Teman-temannya Sesama di Unri Dulu

Redaktur : Fendri Jaswir
Sabtu, 12 Agustus 2023 14:57 WIB
Den Yealta, mantan aktifis Unri yang ditahan KPK

PEKANBARU (VOXindonews) - Mantan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjungpinang, Den Yealta diduga membuat negara rugi Rp 296,2 miliar dari penggelembungan kuota rokok dari jumlah kuota rokok yang seharusnya.

“Akibat perbuatan tersangka tersebut, diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara sejumlah sekitar Rp 296,2 miliar,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu dalam konferensi pers di Gedung Juang KPK, Jakarta, Jumat (11/8/2023), seperti dikutip kompas.com.

Asep mengatakan, Den diangkat menjadi Kepala Badan Pengusahaan kawasan perdagangan bebas itu pada 23 Agustus 2013. Selama menjabat, Den diduga menggelembungkan kuota rokok dengan menerbitkan 75 surat keputusan (SK) terkait kuota rokok.

Pada Desember 2015, Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai mengirim surat terkait evaluasi penetapan barang kena cukai (BKC) ke kawasan perdagangan bebas, diantara isi surat itu adalah teguran kepada BP Bintan dan BP Tanjungpinang tahun 2015.

Kuota tersebut seharusnya hanya 51,9 juta batang. Namun, Den menerbitkan SK kuota rokok dengan jumlah 359,4 juta batang. “Kalkulasi selisih sebesar 693 persen,” ujar Asep.

Menurut Asep, berbagai perusahaan produsen dan distributor rokok itu diuntungkan. Sebab, mereka tak membayar cukai dan pajak atas jumlah yang melebihi kuota.

Dalam mengatur besaran kuota rokok di Tanjungpinang itu, Den tidak menggunakan perhitungan dan penentuan sebagaimana mestinya.

Ia diduga secara sepihak membuat mekanisme penentuan kuota rokok dengan menggunakan data yang sifatnya asumsi. “Diantaranya data perokok aktif, kunjungan wisatawan dan jumlah kerusakan barang,” ujarnya.

KPK juga menduga Den tidak melibatkan stafnya dalam menyusun aturan perhitungan kuota rokok, sehingga hasil perhitungannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Den juga diduga mendapatkan jatah titipan kuota rokok dengan penetapan kuota untuk beberapa perusahaan pabrik rokok. Tindakan ini dilakukan lebih dari satu kali dalam satu tahun anggaran.

“Atas tindakannya tersebut, Den menerima uang dari beberapa perusahaan rokok dengan besaran sejumlah sekitar Rp 4,4 miliar,” kata Asep.

Karena perbuatannya, Den disangka melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 

Kawan-kawan Prihatin

Kabar tak baik ini membuat teman-teman Den sesama kuliah di Universitas Riau (Unri) Pekanbaru dulu terkejut. Mereka prihatin dan tak menyangka alumni Jurusan Hubungan Ini Fisipol Unri itu itu akan terpeleset kasus korupsi dan ditangkap KPK.

Den Yelta angkatan 1986 di Unri. Wanita kelahiran 1968 ini berparas cantik dan lembut tutur katanya. Den pernah jadi ketua Komahi  (Korps Mahasiswa Hubungan Internasional), dan setelah menjadi dosen di HI, dia jadi Ketua KPU Provinsi Kepri. Lalu pindah jadi dosen di Umrah, Tanjungpinang.

''Iden memang orang baik dan bersahaja. Setahu saya,'' kata Zulkifli Ali, kawan Den Yealta sesama kuliah di Fisipol.

Namun, katanya, ''Jabatan penuh godaan. Apalagi di awal kepemimpinannya di BP, Den mengaku tak digaji. Tapi  sepertinya Den bukan single player ya.''

Lain lagi komentar Netty Herawati, alumni Bahana Mahasiswa Unri yang pernah jadi anggota KPU Batam. ''Bu Den -- kami biasa  memanggil Beliau, saya sebagai anggota KPU Batam, saya sering berinteraksi dengan Bu Den, karena berposisi sebagai ketua KPU Provinsi. Adek leting, tapi ketua dijabat nya''.

Menurut Netty, suami Den (Alm) Sofyan Syamsir, mantan anggota DPRD Provinsi Kepri, jarang bicara. Tapi kedunya ramah. ''Saya tidak membela bu Den, tapi saya merasa Beliau terpaksa dikorbankan, mengingat banyak hal yang selama ini carut marut dalam pengaturan "cukai", ujarnya.

Dikatakan, Sebagai Kepala Badan Pengelola Kawasan Tanjungpinang/Bintan, pintu keluar masuk (port) resmi dan tidak resmi tidak terbilang, posisi penentu bidang masing masing juga ada, tapi karena pucuk pimpinan adalah bu Den, maka sakit ini harus dideritanya.

''Terlepas dari dugaan tersilap duit, saya melihat raut wajah yang berbeban berat, semoga bu Den bisa melewati hari hari yang berat,'' tutur Netty yang tinggal di Batam.

''Mohon maaf, jadi pejabat perempuan yang terbatas waktu dan masih mengurus anak membuat bu Den tidak dapat menjaga gerakan barang di malam hari. Dan ada beberapa hal yang menurut saya bu Den  terpaksa dipilih,'' paparnya.

''Maaf, mungkin ada yang belum jelas, posisi bu Den adalah jabatan Politik, siapa saja yang punya kesempatan dan nego tinggi bisa menjabat, sehingga peminat cukup lumayan.
Mohon keluarga besar IKA BM yang punya kemampuan jurnalis membantu mencari data dan kebenaran,'' timpalnya

''Sakit di dada mengingat kebersamaan dan kesederhanaan yang selama ini Bu Den lakoni.
Hanya bisa berdoa, semoga Allah senantiasa melindungi bu Den dan anak anak. Aamiin,'' pungkasnya.

Tiga Kejutan dari Den

Kawan Den yang lain, David Putra Arda, yang kini jadi dosen dan notaris di Jakarta, menulis khusus kenangan dengan Den Yealta, seperti di bawah ini :

Sore itu awan pekat menggelantung. Seorang mahasiswi menggunakan blus merah muda, melongokkan kepalanya di jendela ruang redaksi BM. Bercengkrama dengan beberapa orang awak bahana yang sedang berkumpul sore itu.

Saya sedang mengetik di ruang dalam ruang redaksi, tak sengaja mendengar cengkrama mereka. Topik yang dibicarakan saya sudah lupa, namun yang pasti suara perempuan itu mendominasi percakapan.  Pilihan diksinya (meminjam istilah Rocky Gerung) membuat saya terkesan, serta cekikikan tawanya tidak terkesan menggoda. Mengekspresikan dia “perempuan berkelas”.

Tanpa sadar, kujulurkan leherku dari jendela. Perasaan ingin tahu wartawanku muncul. Siapa gerangan wanita itu? “Hai. rekan, apa kabar? Aku Den, baru kali ini lihat wajahmu”. Itu awal perkenalan dengan Den.

Tak lama berselang, di siang yang terik, saya baru pulang kuliah. Kami berpapasan di gerbang rumahku dengan Den. “Hai Vid.” Belum sempat saya menjawab, sejurus Den telah berlalu di lorong sempit  samping rumah,  yang memang dikhususkan untuk penghuni kos.

Segera saya lewati pintu depan, dan menemui ibu, “Ada anak kos yang baru ya mi? “Oh iyo. Den namonyo. Waang kenal?”. “Kenal, tapi beda fakultas”, ujarku singkat. Itulah kejutan pertama Den yang hadir sebagai anak kos di rumahku secara tiba-tiba.

Kejutan kedua terjadi, di suatu malam minggu, beberapa bulan setelah Den kos di rumah. Saat aku akan berangkat malam mingguan ke daerah Jembatan Lexton menemui gadis pujaan (menurutku mirip Yessy Gusman- KW. Bagi yang usia sudah 50 tahun pasti tahulah ).

Sekelabat terlihat sesosok pria bertubuh semampai dengan kumis tipis. Kudekati sosok itu sepertinya sangat kenal dengan roman itu. Ternyata……Bang Sofyan Syamsir, seniorku di Bahana Mahasiswa (BM) “Vid aku main ke rumah awak nih. Nak ngobrol dengan Iden”. “Lanjutkan perjuangan”, ujarku bercanda.

Pagi ini selepas jogging tipis di komplek perumahan. Terdengar “ping” HP. Sahabat Yuhanis Indra berkabar, tentang kasus Den. Walau pun dokter menyatakan jantung saya masih sehat, membaca kabar Den membuat irama jantung layaknya gerakan “rolling coster”.

Sungguh tak percaya apakah Den berbuat sejauh itu. Semoga Den tabah dan diberi kemudahan menyelesaikan kasusnya oleh Allah SWT. Den sudah seperti saudara sendiri. Pernah satu almamater satu angkatan, istri sahabat baik, dan pernah serumah walau tidak sekamar. (FJ)

Tag