- 17/08/2025
UDARA pagi itu di kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau masih terasa dingin. Setelah malamnya diguyur hujan cukup lebat. Hingga beberapa mobil hitam tanpa tanda mencolok berhenti di depan Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM).
Dari dalamnya, turun sejumlah pria berpakaian sipil dengan wajah serius, sebagian membawa kotak besar dan kamera dokumentasi.
Langkah mereka cepat, mata mereka menatap
tegas. Tak lama, mereka menaiki tangga menuju atap PKM. Bisik-bisik orang yang berada di sekitar mulai terdengar: “Ada apa? Siapa itu?”
Hening sesaat, lalu terdengar suara berat
salah satu petugas memanggil: “Temuan! Segera amankan!”
Tak ada yang menduga, dari balik atap yang
selama ini hanya dilewati burung dan cahaya matahari, ditemukan karung-karung berisi paket ganja kering. Totalnya: 63 kilogram.
Sebagai salah seorang Dosen UIN Suska Riau,
mendapat informasi itu rasanya seperti ditampar. Seluruh persendian terasa lemas dan Shock.
“Apalagi ini?” gumamku. Rasanya ingin ku sumpal semua mulut orang-orang yang ada disitu. Agar informasi ini tidak meluas. Namun apalah daya.
Berita itu menyebar dalam hitungan menit.
Foto-foto paket ganja yang terbungkus rapi memenuhi media sosial, sementara media nasional mulai menurunkan laporan khusus.
Ternyata, pelaku yang menyimpan barang haram itu adalah dua mantan mahasiswa, yang memanfaatkan gedung PKM sebagai “gudang” karena merasa lokasi kampus aman dari pantauan aparat.
Bagi kampus Islami, ini bukan sekadar
pelanggaran hukum. Tentunya ini luka moral. Gedung yang seharusnya menjadi pusat ide dan kegiatan mahasiswa, kini menjadi simbol kealpaan pengawasan dan lemahnya benteng moral.
Tidak ada yang menyangka, di atas kepala
mereka -- tepatnya di atap gedung itu -- terdapat sebuah rahasia besar yang menggegerkan.
Tentu saja apa yang terjadi ini tak hanya
sekedar menyangkut nama baik. Banyak yang terkejut, tidak sedikit pula yang kecewa.
Dalam pandangan awam kita, kejadian seperti
ini bisa saja dianggap klimak dari reputasi. Musibah yang begitu penuh kontroversi. Namun, dalam kacamata Islam, musibah bukan sekadar hukuman atau tanda hilangnya keberkahan.
Allah SWT mengingatkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 155-157 bahwa ujian bisa datang dalam bentuk rasa takut, lapar, atau kehilangan, untuk menguji kesabaran dan mengukur keteguhan hati.
Kasus ini mengajarkan bahwa bahaya moral
bisa menyusup bahkan di tempat yang paling kita percaya, jika kita lalai menjaga gerbang nilai dan integritas kita.
Rektor UIN Suska Riau, Prof. Leny Nofianti,
tak berlama-lama mencari alasan untuk membela diri. Ia menyebut kejadian ini
sebagai “ujian besar” bagi kampus.
Langkah cepat diambil. Diantaranya kerja
sama dengan BNNP Riau, untuk mengusut tuntas kasus dan memutus jaringan peredaran narkoba dikampus UIN Suska Riau.
Memperketat keamanan kampus, termasuk memperbaiki sistem pengawasan gedung dan fasilitas mahasiswa. Menegaskan status DO para pelaku, sekaligus mengumumkan secara terbuka bahwa mereka tidak lagi menjadi bagian dari mahasiswa aktif.
Merancang program pembinaan karakter dan sosialisasi bahaya narkoba bagi mahasiswa, agar musibah ini tidak terulang.
Sikap ini menunjukkan bahwa akhlak mulia
bukan sekadar teori di kelas saja, melainkan tindakan nyata dalam merespons masalah. Transparansi, tanggung jawab, dan komitmen memperbaiki diri adalah cerminan akhlak dalam kepemimpinan. Kita berharap dari luka menjadi pelajaran besar.
Sejarah membuktikan bahwa krisis sering menjadi awal dari perubahan. Penemuan ganja ini adalah peringatan keras bagi seluruh civitas akademika. Bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang membangun kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk benteng moral yang kokoh.
Musibah ini menuntut kita untuk menguatkan
integritas pribadi setiap mahasiswa dan dosen. Memperkuat pengawasan agar fasilitas kampus tidak disalahgunakan. Menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa nama baik kampus adalah tanggung jawab bersama.
Dengan respon yang tepat, kita berharap semoga keberkahan bisa lahir dari sini. reputasi yang pulih, solidaritas yang tumbuh, dan generasi mahasiswa yang lebih waspada terhadap bahaya narkoba.
Musibah bukan akhir segalanya.
Nabi Ayyub ‘alaihissalam pernah diuji dengan sakit yang panjang, kehilangan harta, dan ditinggalkan sebagian keluarganya. Namun, beliau tetap bersabar dan tidak pernah berburuk sangka kepada Allah. Akhirnya, semua kerugian itu diganti dengan karunia berlipat ganda.
Begitu pula bagi UIN Suska Riau, musibah ini bisa menjadi titik balik. Jika dihadapi dengan sabar, jujur, dan tegas, Allah dapat menggantinya dengan keberkahan yang lebih besar -- baik dalam bentuk prestasi, reputasi, maupun kualitas sumber daya manusianya.
UIN Suska Riau kini berada di persimpangan
jalan: membiarkan musibah ini menjadi noda permanen, atau menjadikannya kisah kebangkitan yang akan dikenang. Pilihan ada di tangan kita dan sejarah selalu berpihak pada mereka yang memilih bangkit dengan akhlak mulia.
Musibah ini mungkin telah meruntuhkan satu
atap kepercayaan, tapi jika kita bersatu, InsyaAllah akan membangun atap keberkahan yang lebih kuat dari sebelumnya.***
Gedung PKM UIN Suska temuan ganja UIN Suska VOXindonews Lazada Shopee