VOXArtCulture

Bukber DKR Diisi Tausyiah Seni 'Memperkokoh Produk Seni dalam Platform Digital'

Redaktur : Fendri Jaswir
Sabtu, 23 April 2022 09:06 WIB
Ketua DKR Taufik Hidayat alias Atan Lasak bersama pembicara tausyiah Seni di buka bersama DKR

PEKANBARU (VOXindonews) - Dewan Kesenian Riau (DKR)  mengadakan Buka Puasa Bersama dan Tausiah Seni berertemakan, "Memperkokoh Produk Seni dalam Platfrom Digital," di Gedung DKR, Pekanbaru, Jumat malam (22/04/2022).

Helat ini mendatangkan tiga nara sumber yakni, Budayawan Riau Syaukani Alkarim, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak, Hang Kafrawi, dan Pengamat Digital Media dari Mercusuara, Angga Panji Kesuma.

Dalam elu-eluannya Ketua Umum DKR Taufik Hidayat alias Atan Lasak mengatakan, bahwa buka bersama ini adalah ajang silaturahmi, mempertemukan pekerja seni di Riau yang selama ini sulit bertatap muka langsung akibat pandemi Covid-19.

Atan Lasak juga membeberkan sejumlah program DKR yang didukung penuh Pemerintah Provinsi Riau dalam bentuk dana hibah. "Insya Allah, setelah Pingat Kejohanan Tari DKR 2022 yang sudah berlangsung, dalam waktu dekat sehabis Idul Fitri DKR akan menggelar Rarak Musik dan sejumlah kegiatan lainnya," ucap Atan Lasak.

Dalam tausiah seninya, Hang Kafrawi menjelaskan media sosial kian digemari anak muda, cukup bermodalkan ponsel berbasis internet yang mudah dibawa ke mana saja. Maka tak heran, media sosial sangat berperan bagi generasi milenial untuk mencari informasi berita, sejarah, budaya, dan karya-karya seni.

“Kita jangan menyepelekan dengan media sosial. Karena di sinilah semua berita didistribusikan, dan karya-karya anak muda seperti perfiliman, musik, tari, dan karya lainnya dipertontonkan," ucap Hang Kafrawi.

"Sayangnya sebagian besar di Indonesia, media sosial banyak yang disalahgunakan, mereka membuat konten menimbulkan seksual, seperti berjoget  menepuk pecirit (bokong)," sambung Hang Kafrawi.

Dalam berkarya, ucap Hang Kafrawi, seharusnya bisa mengemas suatu karya sebaik mungkin, tujuannya untuk membuat penonton menjadi cerdas.

Pengamat Digital Media dari Mercusuara, Angga Panji Kesuma menyebutkan, dalam era digital ini tidak ada istilah karya sampah, semuanya bisa menjadi nilai jual karena memang ada penikmatnya, namun apakah karya seni para seniman di Riau ini hanya sebatas itu.

"Tentunya karya seniman di Riau ini punya nilai edukasi cukup tinggi dan layak untuk dijual, hanya tinggal dikemas untuk  kepentingan digital sehingga mudah dipasarkan," ucap Angga.

Angga juga menyebutkan, pada saat ini profesi youtuber maupun konten kreator menjadi idaman bagi kaum anak muda. Karena tak hanya memberikan kebebasan kreasi, tapi juga bisa menjanjikan penghasilan mumpuni.

Tak tanggung-tanggung, penghasilan youtuber bisa disejajarkan  dengan profesi-profesi dengan gaji tertinggi di perusahaan.

“Namun, ada langkah-langkah yang harus kita terapkan seperti enginer view, supaya konten kita bisa dilirik banyak orang,” ucap Angga.

Maksud dari enginer view, jelas Angga, adalah suatu mesin yang menambahkan jumlah penonton yang kita inginkan hingga tranding topik, tentunya ini berbayar. "Misalnya target kita seminggu mendapatkan 200.000 view, sekian pula bayarannya,” ucapnya.

Selain itu, sambung Angga, pembuat konten harus memahami hal dasar di youtube dalam membuat konten yang menarik, seperti thumnail, judul, deskripsi, hastag/kata kunci yang berkaitan dengan isi konten. Dengan mempelajari hal dasar ini konten kita juga bisa menambah view tanpa bantuan dari Enginer View, tapi butuh waktu yang lama,” jelasnya.

Tip lain yang disampaikan Angga, pembuat konten harus tunak dalam membuat kontennya agar pihak youtube tidak ragu-ragu merekomendasikan konten video yang dibuat. Dengan hal itu mereka menyakini bahwa keseriusan untuk menjadi konten kreator bukan hanya coba-coba.

“Sudah banyak chanel pemula yang kami bantu untuk mendapatkan banyak view, bahkan chanell youtuber yang banyak subcribenya rata-rata menggunakan engine view, itu pasti,” ucap Angga.

Di era digital saat ini, kata Syaukani al Karim, banyak perubahan yang terjadi hampir disemua aspek kehidupan. Salah satunya penggunakan media digital untuk membuat sebuah karya seni. Seperti yang diketahui bahwa pada zaman dahulu membuat karya seni seperti puisi seniman harus membaca karyanya diberbagai tempat agar bisa dikenal.

“Sekarang sangatlah mudah, dengan bermodalkan handphone dan internet bisa menyebar luaskan karyanya ke seluruh penjuru dunia”, ucap Syaukani.

“Tugas kita para seniman, perkuatkan karya kita, sehingga pekerja di digital ini tidak ragu-ragu menembakkan cahaya karya kita kesegenap penjuru, sebab dunia pada hari ini telah memberikan ruang,” ungkap Syaukani.

Jadi, ujar Syaukani, jangan takut menghantarkan karya di media sosial, karena setiap karya pasti ada penikmat. "Tunjukan bahwa karya adalah sebuah cermin pada diri kita,” ucap Syaukani. (FJ/Rls)