VOXOpini

In Memoriam Chaidir : Budi Baikmu Kukenang Jua

Oleh : Rudi Hartono, Pegawai Biro Kesra Setda Riau
Sabtu, 22 November 2025 16:43 WIB
Chaidir (kiri) bersama anggota DPRD Riau Periode 2004-2009.

SELASA, pukul 12.56 WIB, saya dikirimi berita oleh seorang sahabat via Whatsapp perihal kondisi kesehatan Bapak Chaidir yang terus memburuk pascaoperasi hernia di RS Prima, Pekanbaru. “Semoga Allah berikan kesembuhan.” Saya tertegun sejenak. Lalu saya balas “Aamiin YRA.”

Sore harinya, Pukul 18.01 WIB, tatkala saya meluruskan punggung (berbaring melepaskan penat), masuk pesan di group Info Dakwah GSSB Riau yang memberitahukan bahwa  Pak Chaidir telah berpulang ke Rahmatullah dalam usia 73 tahun. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu…..Allahumma latahrimna ajrahu walataftina ba’dahu waghfirlana walahu.

Riau Pos, koran yang masih eksis terbit dan berpengaruh di Provinsi Riau, edisi Selasa,19 November 2025 membuat kolom khusus  dengan judul: In Memoriam Dr drh H Chaidir MM. Dikenal sebagai Tokoh Besar yang diterima semua golongan.

Selanjutnya Tribun Pekanbaru memuat headline : 'UAS Kenang Chaidir Sosok Rendah hati'.

Fakhrunnas MA Jabbar, wartawan senior, budayawan dan teman karib almarhum membuat tulisan khusus di kolom opini Riau dengan judul: Pelita Melayu yang Tak Pernah Padam (Selamat Jalan Dr drh H Chaidir MM).

Ketiga tema tulisan tersebut di atas rasanya sudah sesuai dan pantas disematkan kepada sosok yang lahir di dusun kecil yang bernama Pemandang, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, tanggal 29 Mei 1952.

Chaidir kuliah di UGM jurusan kedokteran hewan selesai 1978, pascasarjana Magister Manajemen di Universitas Padjajaran, Doktor di  Universitas Pasundan Bandung dengan prediket cumlaude.

Dia pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Provinsi Riau periode 1999-2004 dan 2004-2009. Ketua Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) beberapa periode sampai sekarang. Produktif menulis dengan menerbitkan buku-buku, terakhir adalah tiga buah buku (trilogy): Tragedi Virus Akal Budi, Celoteh Kedai Kopi Melayu, Bangsa Tersandera.

Alhamdulillah saya mendapatkan buku tersebut dan bertemu dengan beliau ketika peluncuran buku tersebut di Gedung Daerah, banyak peserta yang hadir, sebagai tanda penghormatan kepadanya.

6 Bulan Mendampingi Chaidir

Banyaknya berita-berita tentang kepergian beliau membuat pikiran saya melayang ke beberapa tahun silam. Tepatnya tahun 2024. Pada suatu hari saya dan beberapa orang teman dipanggil ke ruangan Kepala Biro Tata Pemerintahan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. Tengku Mukhtaruddin.

Kami penasaran: mengapa kami dipanggil? Penasaran itu terjawab: kami dipindahkan. Dengan hati berdebar-debar saya buka amplop surat tersebut. Dilembar pertama tertulis SK Gubernur Riau Nomor: SK.824.3/II/2004/99 tanggal 28 Februari 2004. Dilembar keduanya tertulis jabatan lama: Pegawai Sub Bagian Perintahan Umum Bagian Pemerintahan Umum dan otonomi daerah Biro Pemerintahan dan Humas Setda Provinsi Riau. Jabatan baru: pegawai Sub bagian Keamanan dan Ketertiban Bagian Umum Sekretariat DPRD Propinsi Riau.

Ketika saya menerima SK tersebut saya sampaikan kepada Kepala Biro: “Kalau pimpinan sudah mengeluarkan SK akan saya terima. Itu saja yang saya ucapkan. Beberapa orang teman mengajak saya untuk mempertanyakan perihal alasan kami dipindahkan. Saya jawab: tak usah! Terima sajalah. Saya yakin pasti ada hikmahnya.

Maka mulailah saya bekerja di DPRD, ditempatkan di Sub Bagian Keamanan. Kebetulan Kasubbagnya sekampung dengan saya, sehingga tidak banyak kendala yang saya hadapi dalam berinteraksi dan beradaptasi di tempat kerja baru tersebut.

Tak lama kemudian saya dipindahkan ke Subbagian TU, kasubbagnya waktu itu dijabat oleh Said Mukhsin, orang Mandah, Inhil, yang hobi beternak itik dan bercocok tanam. Selanjutnya saya diberikan Amanah sebagai Koordinator Ruangan Ketua DPRD Provinsi Riau. Disinilah awal perkenalan saya dengan beliau.

Salah satu ciri khas beliau adalah senyum. Juga humoris. Belum pernah saya jumpai beliau bermuka masam. Keadaan ini membuat suasana menjadi tenteram. Enak bekerja. Sebagai Koordinator Ruangan Ketua DPRD saya banyak berhubungan dengan berbagai pihak termasuk dengan orang-orang yang ingin menjumpainya dengan berbagai urusan.

Saya menjadi penghubung dengan para wakil ketua DPRD Provinsi Riau yang saat itu dijabat oleh Djuharman Arifin dari PAN, Sofyan Hamzah dari PPP dan Suryadi Khusaini dari PDIP. Antara lain mengkoordinasikan terkait surat-surat, rapat-rapat dan sebagainya.

Saya perhatikan hubungan Pak Chaidir dengan para wakil ketua teresebut sangat baik walaupun mereka berbeda partai politik. Beliau juga pandai menjaga hubungan dengan anggota DPRD, pegawai Sekretariat DPRD, wartawan, mahasiswa, dan masyarakat.

Saya juga menjadi penghubung dengan berbagai pimpinan Lembaga atau Organisasi. Saya dan kawan-kawan mengatur tamu-tamu yang ingin menjumpai beliau. Ada yang sudah janjian. Ada pula yang tidak.

Tamu-tamu tersebut duduk di luar ruangan yang telah disediakan. Mereka menunggu dengan sabar. Ada yang tertidur sambil duduk.

Yang payahnya, jika beliau enggan menerima tamu tetapi sang tamu tak sadar diri hehehe. Saya mesti pandai mencari alasan supaya sang tamu tidak tersinggung dan tetapi marwah pimpinan tetap terjaga.

Waktu berpikir amat sempit, dari meja kerja beliau ke tempat sang tamu yang duduk di luar pintu. Begitu pintu terbuka semua mata tamu memandang kepada saya dengan harap-harap cemas: apakah diperkenankan masuk atau tidak.

Pada dasarnya semua tamu beliau terima. Hanya saja karena keterbatasan waktu maka tidak semua tamu yang dapat beliau terima. Tetapi bagi yang sabar bisa juga berjumpa dengan beliau sore hari ketika mau pulang kantor. Tak jarang tamu-tamu beliau tersebut diberi uang, dan tentu saja juga kami stafnya hahaha.
     
Ketika saya tengah asyik menikmati pekerjaan saya sebagai pembantu Pak Chaidir maka sekoyong-konyong keluar pula SK pindah yaitu SK Gubernur Riau Nomor: SK.824.3/VII/2005/224 tanggal 14–7–2005. Jabatan lama: Pegawai Sekretariat DPRD Provinsi Riau. Jabatan baru: Pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau.

Aneh bin ajaib. Ternyata saya dikembalikan lagi ke Biro Tata Pemerintahan. Beberapa waktu sebelumnya saya pernah berjumpa dengan Kepala Biro Tata Pemerintahan Bapak Drs. H.Tengku Khalil Djaafar yang mengatakan kepada saya untuk menarik kembali ke Biro Tata Pemerintahan. Saya katakan: “Sami’na wa atho’na (saya patuhi apa yang diputuskan pimpinan).

Lama juga saya termenung memikirkannya. Betapa tidak. Keluar atau tepatnya dikeluarkan dari Biro Tata Pemerintahan tetapi malah disuruh balik lagi ke Biro Tata Pemerintahan. Ketika saya keluar kepala bironya dijabat bangsawan yang bergelar Tengku, ketika saya balik lagi pejabatnya juga seorang bangsawan yang bergelar Tengku.

Sayang saya tak lama bekerja sama dengan Pak Tengku Khalil Djaafar karena saya dipromosikan sebagai Kasubbag di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau. Seandainya saya boleh memilih saya akan pilih  mendampingi Pak Chaidir saja.

Di sana waktu itu boleh dikata serba enak. Fasilitas cukup memadai, makan-minum puas, banyak orang kenal dengan saya, urusan kemana-mana mudah, sering mendampingi Pak Chaidir melakukan perjalanan dinas baik di dalam maupun di luar provinsi.

Kemana-mana dia pergi saya selalu diikutkannya. Tetapi karena saya pegawai negeri maka saya pun patuh apa yang diputuskan pimpinan. Ketika saya sampaikan kepada beliau perihal kepindahan saya tersebut beliau menjawab: “Saya senang bila staf saya pindah untuk pengembangan karirnya di masa depan''.

Walaupun perjumpaan saya dengan bapak tidak terlalu lama, barangkali hanya sekitar 6 bulan saja, tetapi telah memberikan kesan mendalam bagi saya yang sedang meniti karir. Saya bersyukur belajar menjadi pemimpin kepada orang yang tepat. Alhamdulillah.

Tulisan singkat tentu saja tidak akan bisa menuliskan semua kenangan saya dengan beliau. Terlalu banyak untuk dituliskan.

Akhirnya, benarlah ungkapan orang tua-tua Melayu yang mengatakan: adat tebu menyentak naik, meninggalkan ruas dengan bukunya, adat manusia menyentak turun, meninggalkan adat dengan pusaka, nama baik jadi sebutan, kerja yang elok jadi ikutan.

Pulau pandan jauh di tengah
Dibalik pulau angsa dua;
Hancur badan dikandung tanah
Budi yang baik terkenang juga. ***

In memoriam Chaidir Chaidir ketua DPRD 6 bulan mendampingi VOXindonews Lazada Shopee