VOXOpini

Tahun Politik : Adab, Ilmu dan Imam Syafi'i

Oleh : Affan Bey Hutasuhut, Wartawan Senior tinggal di Medan
Jum'at, 11 Agustus 2023 15:16 WIB
Affan Bey Hutasuhut

SETIAP kali memasuki tahun politik, terlebih lagi menjelang Pemilu atau Pilkada, biasanya panasnya menguap ke mana-mana hingga tak jarang menimbulkan gesekan antar pendukung.

Dalam demokrasi siapapun warga yang memenuhi syarat berhak maju sebagai calon pemimpin. Namun untuk meraih kekuasaan ini diperlukan adu gagasan, bukan adu mulut disertai kata-kata tak senonoh untuk merontokkan lawan.

Sayangnya tabiat buruk ini seakan sudah menjadi penyakit menahun.

Kata banyak orang, Rocky Gerung yang melontarkan kata kata “Bajingan Tolol”, kepada Presiden Jokowi adalah professor yang sungguh pintar. Boleh jadi penilaian ini benar adanya.

Namun saya seketika teringat dengan ungkapan bijak ulama besar Syekh Abdul Qadir Al Jailani, yang memiliki gelar sulthonul auliya (raja dari seluruh para wali).

“Aku lebih menghargai orang yang beradab daripada berilmu, kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya daripada kita manusia.”

Kata-kata bijak ini layak disimak oleh siapapun jika ingin bertarung menjadi presiden, gubernur, bupati/walikota, termasuk para pemilih untuk menentukan calon pemimpinnya.

Jika ingin menjadi pemimpin harus memiliki adab dan ilmu. Kalau hanya mengandalkan ilmu semata, jangankan untuk mengatur orang banyak, mengatur dirinya saja sulit.  Pemimpin beradab tapi kurang ilmu, akan membuat perkembangan suatu daerah menjadi lamban.

Para pemimpin yang beradab dan berilmu tidak akan mudah tersulut emosinya dalam kondisi apapun.

Ulama Sunni Imam Syafi’I yang dikenal dengan Mazhab Syafi’i, dengan pengikutnya tersebar di Asia Tenggara, sebagian Afrika dan Eropa  mengungkapkan kata bijak.

"Silakan hina diriku sepuas kalian, aku akan tetap diam saja. Bukannya aku tidak punya jawaban, tapi singa selalu tidak akan membalas gonggongan anjing."

Kata Imam Syafi’i lagi,
"Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api."

Para pemimpin yang beradab dan berilmu tidak akan tergopoh-gopoh dan cenderung berambisi meraih kekuasaan.

Sebab menurut Imam Syafi’i, "Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya."

Para pemimpin beradab dan berilmu akan selalu bermurah hati kepada masyarakat banyak. Itu dilakukan baik sebelum menjadi pemimpin atau pun tidak. Akan selalu berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain.

Jikapun terpilih menjadi pemimpin, sikap murah hati kepada orang lain ini dilakukan semata-mata bukan karena tuntutan tugas, lebih dari itu lantaran tuntutan hati nuraninya.

Tak mudah menemukan sosok pemimpin yang benar-benar beradab dan berilmu sekarang ini. Rasanya akan sulitlah mencari pemimpin seperti sahabat Rasulullah, Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, yang merasa berdosa jika melihat ada rakyatnya yang sampai kelaparan.

Namun setidaknya pilihlah calon pemimpin yang mendekati petuah Imam Syafi’i dan Ulama Besar Syekh Abdul Qadir Al Jailani ini. ***